Mengingat Besarnya Karunia Allah Sebelum Pandemi

Mengingat Besarnya Karunia Allah Sebelum Pandemi

Mengingat Besarnya Karunia Allah Sebelum Pandemi Di tengah situasi pandemi Corona COVID-19 mungkin pikiran negatif membayangi. Apalagi dampak pandemi Corona COVID-19 ini berdampak pada semua sektor kehidupan.

banner-zakat-header-11

Hal tersebut mungkin menimbulkan pikiran negatif, kekhawatiran, kecemasan dan stres. Terutama situasi saat ini juga membuat orang untuk lebih banyak beraktivitas di rumah.

Selain itu, juga ada protokol kesehatan yang harus diterapkan dengan memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan

Sadarilah, Bahwa Kehidupan Belum Kembali Normal

Di tengah situasi pandemi inikecemasan, kekhawatiran tersebut dapat memicu seseorang hanya melihat dari sisi negatif saja. Untuk mengubah pikiran negatif menjadi positif, salah satunya dengan bersyukur.
Mengembalikan persoalan kehidupan dengan petunjuk agama adalah hal yang paling tepat.
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Mengingat Besarnya Karunia Allah Sebelum Pandemi

Orang sehat biasanya baru merasakan betapa mahalnya sebuah kata ‘sehat’ setelah ia sakit terlebih dahulu. Banyak orang lupa bahwa sehat itu nikmat. Setelah Allah memberikannya sakit, barulah sadar bahwa sehat itu sebuh kenikmatan yang luar biasa.

Begitu pula kehidupan. Kebanyakan manusia terlelap atas kenikmatan hidup yang diberikan Allah. Saat mereka mati, mereka baru sadar, tapi kesadaran mereka terlambat. Al-Mu’afa mengutip pernyataan Imam Sufyan ats-Tsauri sebagaimana ditulis dalam kitab Hilyatul Auliya’ wa Thabaqatul Ashifya’:

النَّاسُ نِيَامٌ، فَإِذَا مَاتُوا انْتَبَهُوا

Artinya: “Manusia terlelap dalam tidurnya. Ketika mereka mati, baru mereka menjadi sadar” (Abu Nuaim al-Ashbihani, Hilyatul Auliya’ wa Thabaqatul Ashfiya’)

Kita harus selalu mengingat karunia pada hari-hari yang telah lewat, di antara kita ada yang tidak menyadari bahwa kenikmatan bukan hanya urusan harta banyak dan tubuh yang sehat bugar.
Keluar dari rumah sendiri merupakan sebuah kenikmatan. Tinggal dirumah terus juga terasa terpenjara.
Apalagi nikmat sehat, adalah sebuah karunia Allah yang sangat besar.
Dengan demikian, melalui virus ini, Allah menyadarkan kita bahwa hal-hal yang kita anggap sepele pun ternyata membawa kesadaran baru bahwa itu semua juga kenikmatan yang sangat berharga. Fenomena Covid -19 menjadikan kita (seharusnya) sadar.

Benar apa yang disabdakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

Artinya: “Jika kalian menghitung nikmat Allah, kalian pasti tidak akan bisa menghitungnya.” (QS Ibrahim: 34)

Oleh karena itu, sesungguhnya Allah swt. telah menganugerahkan berbagai bentuk nikmat kepada hamban-Nya, yang semua itu tak terhitung banyaknya, baik yang besar maupun yang kecil, setiap hamba tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat yang diterimanya.

Maka marilah kita bersyukur, bersyukur dan bersyukur!