Kenapa Hatiku Sering Gelisah Pertama, karena banyaknya dosa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺨَﻴْﺮَ ﻃُﻤَﺄْﻧِﻴْﻨَﺔٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﺮَّ ﺭِﻳْﺒَﺔٌ
“Kebaikan akan mendatangkan ketenangan, sedangkan kejelekan akan mendatangkan kegelisahan. ”[Hr. Al hakim]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺍﻟْﺒِﺮُّ ﺣُﺴْﻦُ ﺍﻟْﺨُﻠُﻖِ ﻭَﺍﻹِﺛْﻢُ ﻣَﺎ ﺣَﺎﻙَ ﻓِﻰ ﻧَﻔْﺴِﻚَ ﻭَﻛَﺮِﻫْﺖَ ﺃَﻥْ ﻳَﻄَّﻠِﻊَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ
“Kebaikan adalah berakhlak mulia, sedangkan kejelekan (dosa) adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa/membuat tidak tenang dan engkau tidak suka jika nampak di tengah-tengah (diketahui) manusia.”[HR. Muslim]
Ibnu Qayyim berkata, ”Jika kamu menemukan keterasingan karena perbuatan dosa, maka segera tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Hati tidak akan tenang dengan perbuatan dosa.”
Kedua, kurang bersyukur.
Padahal, Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk semua yang ada di langit dan yang ada di bumi, dengan penuh kasih sayang dan hanya untuk manusia. ”Dan tidak ada binatang melata pun yang hidup di muka bumi ini melainkan Allah yang memberinya rezeki …” (QS Hud [11]: 6).
Dalam Surat Saba : 13
ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ ١٣
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih
Ketiga, banyak menuntut.
Bisa dipastikan hati akan selalu gelisah jika seseorang berpikir harus memiliki segala sesuatu, sementara ia tidak mempunyai kemampuan dan daya tunjang yang memadai untuk meraihnya.
Keempat, cinta dunia.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).” (HR. Ahmad)
Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya yang mencintai dunia secara berlebihan. ”Yang paling aku takutkan dari umat sepeninggalanku adalah jika kesenangan dunia dan hiasannya dibuka untuk kalian.” (Muttafaq ‘Alaih).
Kelima, terlalu berharap pada manusia.
Seseorang yang bergantung pada selain Allah, hanya akan kecewa.
Keenam, berbuat zalim.
Menzalimi orang, itu artinya meninggalkan perasaan tidak enak. Karena itu, segeralah meminta maaf. Karena, meminta maaf dekat dengan ketakwaan yang pada akhirnya menimbulkan ketenangan. (QS Al-Baqarah [2]: 237).
Ketujuh, lemah iman.
Seseorang yang lemah iman akan mudah mengeluh dan menyalahkan keadaan. Bahkan, orang yang lemah iman tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah. Padahal, hidup dan mati, rezeki dan jodoh manusia, semua sudah diatur dan ada dalam kekuasaan Allah SWT.
Kedelapan, tidak sungguh-sungguh menaati syariat
Allah, malas beribadah, dan enggan bertaubat kepada-Nya. Itu tampak pada banyaknya tindakan maksiat yang dikerjakan setiap harinya.
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:ا
Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allâh Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [Al-Kahfi/18:45-46]