Muhammad bin Wasi’ rahimahullah berkata :
لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَجْلِسَ إِلَيَّ
Jika Dosa Itu Berbau “Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, hlm. 37. Lihat A’mal Al-Qulub, hlm. 373.)
Di antara kasih sayang Allah kepada hamba hamba Nya adalah Ia menutupi dosa-dosa kita dengan tidak mengeluarkan bau ketika kita melakukannya atau setelah melakukannya.
Bayangkanlah jika suka ghibah, fitnah dan namimah, lalu segera Allah menghukumnya , maka mulut kita pasti akan keluar bau bangkai.
Keluarga, sahabat dan juga orang lain pastilah tidak mau mendekat kepada kita apabila dosa itu mengeluarkan bau tidak sedap.
Andai dosa itu berbau busuk, teman-teman pasti akan menjauh dan jika kita berdagang pasti tidak laku.
Tubuh ini wangi dan harum bukan karena sedikit dosa, tetapi karena Allah masih melapisi tubuh ini dengan rahmat dan ampunan-Nya yang selalu mengalahkan murka-Nya.
Allah mampu menyembunyikannya sebagaimana nama Allah As-Sittir (Yang Maha menutupi). Yaitu Allah menutupi aib-aib para hamba dan tidak membongkarnya.
Dosa itu memang membekas menghitam, namun tidak Allah letakkan nodanya di tempat yang bisa tampak oleh manusia lainnya, ia Allah letakkan di dalam hati, sebagaimana sabda Nabi –shallallahu `alaihi wa sallam-:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat, niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa, niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah: “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (Surat Al-Muthaffifin: 4)”. (Riwayat At-Tirmidzi no. 3334 dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh At-Tirmidzi, dan dihasankan pula oleh Al-Imam Al-Albani).