Tahapan yang Harus Ditempuh Dalam Menempuh Jalan Tasawuf

Tahapan yang Harus Ditempuh Dalam Menempuh Jalan Tasawuf
banner 120x600

Tahapan yang Harus Ditempuh Dalam Menempuh Jalan Tasawuf Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam, yang secara bahasa berarti pangkat atau derajat.

Dalam bahasa Inggris, maqamat disebut dengan istilah stations atau stages.

Maqamat dibagi kaum sufi ke dalam stasion-stasion, tempat seorang calon sufi menunggu sambil berusaha keras untuk membersihkan diri agar dapat melanjutkan perjalan ke stasion berikutnya. Penyucian diri diusahakan melalui ibadat, terutama puasa, shalat, membaca Alquran, dan dzikir. Tujuan semua ibadat dalam Islam ialah mendekatkan diri. Oleh karena itu, terjadilah penyucian diri calon sufi berangsur-angsur.

Baca Juga

Tentang berapa jumlah stasion atau maqamat yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, di kalangan para sufi tidak sama pendapatnya.

Muhammad al- Kalabazy dalam kitabnya al-Ta’arruf li Mazhab ahl al-Tasawwuf, sebagai dikutip Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa maqamat itu jumlahnya ada sepuluh, yaitu al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadlu’, al-taqwa, al-tawakkal, al-ridla, al-mahabbah dan al-ma’rifah.

Menurut Muhammad bin Ali-Qasab, tasawuf adalah akhlak mulia yang  nampak  dari seorang manusia mulia bersama kaum yang mulia.

Syekh Abdul jabir al-Jilani berpendapat bahwa tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan kholwat, riyadah dan terus menerus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah dan ikhlas.

Dengan demikian, tasawuf dapat diartikan ilmu untuk mengetahui keadaan  jiwa   manusia,   terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara menyucikan jiwa dari berbagai sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara mencapai jalan menuju Allah.

Proses menepuh jalan rohani menuju Tuhan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), ada stasiun-stasiun (al-Maqomat) yang mesti ditempuh oleh seorang salik (pelaku tasawuf).

Pengertian Maqomat Dalam Dunia Tasawuf

Maqom   adalah   kedudukan atau tahapan seorang sufi berada. Kedudukan ini hanya akan didapat oleh seorang sufi atas usahanya sendiri dengan penuh kesungguhan dan istiqomah.

Sedangkan ahwal bentuk mufrad dari “hal” adalah kondisi yang dialami oleh seorang sufi dalam dirinya atau batinnya. Jika maqom merupakan usaha seorang sufi untuk berada dalam tingkatan tertentu sedangkan ahwal adalah suatu pemberian Allah yang diberikan Allah kepada seseorang sebagai hasil usahanya dalam maqom tersebut.

Seorang sufi dalam menempuh perjalanan menuju Allah memiliki pengalaman ahwal yang berbeda- beda.

Demikian juga maqom yang mereka tempuh juga berbeda. Abu Nasr as-Sarraj dalam kitabnya yang berjudul al-Luma menyebutkan ada tujuh maqom yang harus ditempuh oleh seorang salik untuk dekat dengan Allah.

Diantaranya adalah dengan jalan attaubah, al-Wara’, az-Zuhud, al-Faqir, As-Sabr, at-Tawakkal, ar- Ridha.

Sedangkan ibrahim Basyuni berpendapat ada lima maqom diantaranya adalah at-Taubah, az- Zuhud, ar-Ridha, at-Tawakkal, al- Khalwah, dan az-Dzikr.

Demikian juga dengan ahwal, pada umumnya para sufi menuliskan sepuluh tingkatan diantaranya al- Muraqabah, al-Qurb, al-Mahabbah, al-Khauf, ar-Raja’, as-Syauq, al-Uns, at-Tumakninah dan al-Yaqin.

Tingkatan maqom secara umum yang sering dilakukan oleh seorang sufi diantranya adalah:

  1. Taubah

Taubah merupakan maqom pertama yag harus dilalui oleh seorang salik (pelaku tasawuf).

Pengertian taubat secara etimologis atau bahasa artinya kembali hal ini searti dengan kata Raja’a.

Sedangkan secara termonologi atau istilah taubah berarti kembali dari segala sesuatu yang dicela oleh Allah menuju ke arah yang dipuji oleh- Nya.

Menurut Mzakkir, taubat dapat dipahami bahwa manusia senantiasa berusaha untuk tidak melakukan kesalahan baik yang berhubungan  dengan   Allah swt, maupun dengan sesame manusia.

Dalam konsisi tersebut nilai dan makna taubat jika diimplementesaikan       dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan lebih waspada  dalam  setiap pekerjaan yang dilakukan, menumbuhkan kerendahan hati yang tulus, dan dengan istigfar seseorang akan didik dan dituntun untuk tidak sombong dan angkuh.

  1. Al-Wara’

Secara bahasa wara’ artinya hati- hati. Secara istilah adalah sikap menahan diri agar hati tidak menyimpang sekejap pun dari mengingat Allah.

Wara’ pada kalangan sufi memiliki pengertian bahwa seseorang harus menjauhi dan meninggalkan segala hal yang belum jelas haram halalnya (syubhat).

Dalam konteks kekinian, wara’ dapat menjadikan seseorang sangat berhati-hati dalam kehidupannya, berusaha mencari rizki yang halal serta tidak menggunakan metode spekulasi dalam berbisnis sehingga semuanya harus jelas, terukur dan tidak lepas dari norma-norma kemanusiaan dan ketuhanan. Melatih untuk senantiasa bersih dalam kehidupan baik lahir maupun batin,

  1. Az-Zuhud

Menurut bahasa artinya menentang keinginan atau kesenangan. Secara istilah adalah berpaling dari mencintai sesuatu menuju suatu yang lebih baik.

Menurut Al-Qosyani, zuhud orang awam adalah membersihkan diri dari berbagai syubhat setelah meninggalkan hal-hal yang diharamkan karena takut mendapat cela.

edangkan zuhud seorang salik adalah membersihkan diri dari kelebihan dengan cara meninggalkan hal yang melebihi kadar kebutuhan pokok lalu menghiasi  diri dengan pakain para nabi dan kaum sufi.

menurut pandangan sufi, pada dasarnya adalah tidak tamak atau tidak ingin dan tidak mengutamakan kesenangan duniawi. Dalam  kehidupan dapat dipahami sebagai hidup sederhana,  tidak  berlebihan  dan tidak pula kekurangan.

Tahapan yang Harus Ditempuh Dalam Menempuh Jalan Tasawuf

Kesederhanaan merupakan prinsip hidup Islami. Sebab, segala sesuatu jika berlebihan menjadi tidak normal dan tidak baik.

  1. Al-Faqr

Faqr adalah sikap hidup yang tidak “ngoyo” atau  memaksa  diri untuk mendapatkan sesuatu. Tidak   menuntut   lebih   dari apa yang telah dimiliki atau melebihi dari kebutuhan primer.

Dalam kehidupan modern, dapat diwujudkan dalam pengertian kita tidak meminta sesuatu yang diluar apa yang kita lakukan. Kita harus menyadari bahwa setiap sesuatu ada batasnya, dengan demikian, kita tidak memaksa diri untuk melakukan di luar kesanggupan kita. Karena kekayaan sering menjadikan manusia untuk melakukan kemaksiatan sehingga jauh dengan Allah.

  1. As-Sabr

Sabar berarti tabah dalam menghadapi segala kesulitan tanpa ada rasa kesal dan menyerah dalam diri.  Dalam  hal ini tidak hanya mengekang keinginan nafsu dan amarah tetapi juga mampu menahan terhadap penyakit fisik. Sabar juga dapat dipahami sebagai sikap tabah, tekun dan tangguh dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai problema hidup.

Tidak ada orang yang sukses tanpa kesungguhan dan keuletan serta ketangguhan untuk meraihnya. Dengan sikap sabar, seseorang tidak mudah putus asa, tidak cepat menyerah ketika belum berhasil. Bahkan seorang yang memiliki sikap sabar tidak larut dalam kesedihan ketika terkena musibah, ia akan cepat bangkit untuk menatap masa depan yang lebih cerah.

  1. As-Syukr

Rasa syukur berasal dari rasa berterimakasih atas apa yang kita miliki berasal dari karunia Allah. Dengan rasa syukur ini seseorang akan merasakan begitu besar karunia yang diberikan Allah kepada hambanya, sehingga akan senantiasa besyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya.

  1. At-Tawakkal

Dapat diartikan berserah diri kepada Allah. Secara sufistik tawakal adalah  menyerahkan diri kepada ketentuan Allah. Kata sebagian sufi tawakal adalah rahasia antara seorang abdi dengan Tuhannya. Tawakal juga dapat diartikan dengan pasrah dan mempercayakann secara bulat kepada  Allah setelah melaksanakan suatu rencana dan usaha.

Manusia hanya merencanakan dan mengusahakan, tetapi Allah yang menentukan hasilnya. Dalam kehidupan modern ini, tawakkal, merupakan sikap optimis dan percaya diri, bahwa segala hal ada yang mengatur segala sesuatu di alam ini adalah Allah. Bila kita mengikuti aturan-Nya, yakni sunnatullah, maka kita akan sukses, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan sikap optimis kita akan kreatif, namun tidak takabbur atau sombong, sebab kita meyakini sepenuhnya yang memberi keputusan hasil baik atau tidak adalah yang memiliki aturan sunatullah itu sendiri yakni Allah swt.

  1. Ar-Ridha

Menurut al-Muhasibi, “ridha adalah tentramnya hati dibawah naungan hukum.

Sementara Dzun Nun Al-Misri menyatakan ridha adalah senangnya hati dengan berjalannya ketentuan Allah. Menerima ketentuan hukum Tuhan engan  senang hati. Menurut an-Najjar, ahli ridha terbagi menjadi empat  tipe.

Pertama golongan orang yang ridha atas segala pemberian Al-Haq dan inilah makrifat.

Kedua, golongan orang yang ridha atas segala nikmat, itulah dunia.

Ketiga, golongan yang ridha atas musibah dan itulah cobaan yang beragam. Keempat, golongan orang yang ridha atas keterpilihan, itulah Mahabbah.

  1. Al-Makrifat

Makrifat artinya mengenal atau melihat, yang dimaksud disini adalah melihat Tuhan dengan mata hati. Dzunnun al-Misri membagi   makrifat   menjadi tiga bagian. Makrifat mukmin, makrifat ahli kalam, dan makrifat  Auliya Muqarrabin.

KESIMPULAN

Dalam ilmu Tasawuf, maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui riyadhah, ibadah, maupun mujahadah.

Di samping itu, maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Maqam dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan sejumlah kewajiban yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang hamba tidak akan mencapai maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam sebelumnya.

Berkaitan dengan macam-macam maqamat yang harus ditempuh oleh seorang salik untuk berada sedekat mungkin dengan Allah, para sufi memiliki pendapat yang berbeda-beda.

Dalam pada itu Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulum al-Din mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan, yaitu al-taubah, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla. Sedangkan al- tawaddlu, al-mahabbah, dan al-ma’rifah oleh mereka tidak disepakati sebagai maqamat.

Sementara itu Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh , yaitu al-taubah, al-wara’, al-zuhud, al-faqr, al-tawakkal dan al-ridla.

Sedangkan menurut Muhammad al-Kalabazy, maqamat terdiri dari sepuluh tingkatan, yaitu taubat, zuhud, sabar, faqr, tawadhu’, takwa, tawakkal, ridha, mahabbah, dan ma’rifat.