Macam-Macam Nafsu dan Cara Melemahkannya

Macam-Macam Nafsu dan Cara Melemahkannya
banner 120x600

Macam-Macam Nafsu dan Cara Melemahkannya Para ulama’ bersepakat bahwa pangkal dari maksiat dan berpaling dari Allah adalah menuruti hawa nafsu. Dari itu mengetahui hawa nafsu hukumnya wajib, karena seseorang tidak akan bisa memerangi hawa nafsunya jika tidak mengetahuinya.

Macam-Macam Nafsu dan Cara Melemahkannya

Al-Imam Muhammad Al-Ghazali membahagikan nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun- nafsi”. Tempat-tempat dimana nafsu ini bersemayam dalam dunia sufi biasa dinamakan sebagai “lathifah”, yaitu sebuah titik halus dalam diri kita yang keberadaannya tersebar.
Berikut penjelasan beliau tentang nafsu, tempat dan tentera-tenteranya:

Baca Juga

(1) Nafsu Ammaaroh
yaitu nafsu yang cenderung mendorong kepada keburukan, yaitu nafsu yang cenderung pada tabiat jasmani, cenderung pada kenikmatan sementara. Yang dimaksud syahwat disini adalah ingin makan yang enak, tidur yang nyenyak, mengikuti perbuatan syaitan dan senang dunia.
Allah sebutkan jenis nafsu ini dalam surat Yusuf,

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53).

Nafsu ammaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
  • Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
  • Al-Hasad artinya hasud
  • Al-Jahl artinya bodoh
  • Al-Kibr artinya sombong
  • Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi

(2) Nafsu Lawwamah
Yaitu nafsu yang telah mempunyai Rasa insaf dan menyesal sesudah melakukan suatu pelanggaran, nafsu yang sudah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, namun masih banyak terpeleset dalam perbuatan maksiat, sehingga membuatnya selalu menyesali diri.
Disebut nafsu lawwamah karena nafsu ini sering mencela orangnya disebabkan ia telah melakukan kesalahan, baik dosa besar, dosa kecil, atau meninggalkan perintah, baik yang sifatnya wajib atau anjuran.

Allah bersumpah dengan menyebut nafsu jenis ini dalam al-Quran,

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Aku bersumpah dengan menyebut nafsu lawwamah.” (QS. al-Qiyamah: 2)
Menyesali perbuatan dosa itu awal taubat. Tetapi bila tidak meraih RahmatNya di posisi ini, nafsu hanya romantis, puas dengan penyesalan belaka, tidak bangkit ibadah. Karena itu harus dibersihkan melalui Rahmat-Nya, agar menuju Mulhamah (yang diilhami).

Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah dada kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • Al-Laum artinya mencela
  • Al-Hawa artinya bersenang-senang
  • Al-Makr artinya menipu
  • Al-’Ujb artinya bangga diri
  • Al-Ghibah artinya mengumpat
  • Ar-Riya’ artinya pamer amal
  • Az-Zhulm artinya zalim
  • Al-Kidzb artinya dusta
  • Al-Ghoflah artinya lupa

(3)Nafsu Mulhamah
yaitu nafsu yang memberikan dorongan untuk berbuat kebaikan.
Nafsu mulhamah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • As-Sakhowah artinya murah hati
  • Al-Qona’ah artinya merasa cukup
  • Al-Hilm artinya murah hati
  • At-Tawadhu’ artinya rendah hati
  • At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh
  • As-Shobr artinya sabar
  • At-Tahammul artinya bertanggung jawab

(4) Nafsu Muthmainnah
Adalah Jenis nafsu dalam islam yang selalu mendapat ilham supaya berbuat menunaikan kebaikan. Allah berfirman: “dan jenis nafsu dalam islam serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jenis nafsu dalam islam itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. Sedangkan karakter karakter jenis nafsu dalam islam Mulhimah itu beragam sekali,
Aktivasi RahmatNya membuat nafsu mulai bersih, mampu membedakan haq dan bathil, matahati (bashirah) mulai terbuka, mulailah proses Musyahadah (menyaksikan Allah dg matahati). Lalu ia terkendali dan tenang (Muthaminnah).

Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahsia, tepatnya dua jari dari samping dada kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • Al-Juud artinya dermawan
  • At-Tawakkul artinya berserah diri
  • Al-Ibadah artinya ibadah
  • Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
  • Ar-Ridho artinya redha
  • Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan

(5) Nafsu Rodhiyah
Jenis nafsu dalam islam yang sudah Ridho terhadap semua ketentuan dan kehendak Allah dalam segala hal. Dalam Al qur’an disebutkan . Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas.” yakni ridho dengan semua ketentuan Allah. Atau juga firman Allah : “dan mereka sama ridho dengan ketentuan Allah”

nafsu radhiyah yaitu nafsu yang telah sampai maqam fana, tetapi ia masih melihat diri telah fana sehinga dapat membawanya kepada riya

yakni orang orang yang mempunyai karakter khosyah atau taqwa kepada Allah mendapat balasan dari Allah, sehingga jiwa atau jenis nafsu dalam islamnya puas dan ridho terhadap semua ketentuan Allah.

Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahsia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • Al-Karom artinya mulia
  • Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
  • Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
  • Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
  • Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
  • Al-Wafa’ artinya tepat janji

(6) Nafsu Mardhiyah
nafsu mardhiyyah yaitu nafsu yang telah fana dari fana dan sudah tenggelam dalam lautan tauhid.

Rahmat-Nya terus membersihkan dirimu, agar tidak puas dg gerakan diri mencari RidhoNya. Hingga anda merasakan posisi dalam Ridho-Nya (Mardhiyyah). Di sana nafsu menjadi ikon Ridho-Nya. Bahwa anda meraih Ridho itu akibat Ridho-Nya yang mendahului Ridhomu.

Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari samping dada kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • Husnul Khuluq artinya baik akhlak
  • Tarku maa siwalloh artinya meninggalkan selain Allah
  • Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
  • Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
  • Shofhu ‘an zunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk
  • Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila
  • anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.

(7) Nnafsu kamilah, ubudiyah
yaitu nafsu yang sudah sempurna (kamil). nafsu yang suka mengabdi atau menghamba, yakni melakukan segala amal perbuatan yang sifatnya mengabdi kepada Allah.

Jenis nafsu dalam islam yang sudah bersih dari semua karakter karakter madzmumah(tercela), dan sempurna karakter karakter kebaikannya, dan juga baik kepada semua makhluk. Jenis nafsu dalam islam ini juga disebut jenis nafsu dalam islam shofiyyah.

Jenis nafsu dalam islam Kamilah termasuk golongan orang orang sholihin dan diberikan Musyahadah kepada Allah didunia dan di akhirat. Allah berfirman dalam Al qur’an : (hai jenis nafsu dalam islam kamilah) Masuklah kamu didalam golongan hamba hambaku (yang sholihin), dan masuklah kamu dalam surgaku”.

Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :

  • ilmul yaqin
  • ainul yaqin
  • Haqqul yaqin
  • uzlah (menyendiri dari maakhluk).
  • Diam( dari perkataan yang jelek)
  • Sidiq (jujur)
  • Membantu pada makhluk
  • Memenuhi semua perintah Allah

Dan tidak ada jalan yang terbaik untuk membersihkan segenap nafsu ini selain zikr. Oleh kerana itu, para ulama tariqoh mengajarkan metod zikir terutama zikir nafi itsbat (laa ilaaha illalloh) yang tekniknya mengatur aliran zikir ke seluruh lathifah-lathifah.
(Ihya`ulumudin Juz 3)

Hawa nafsu adalah aspek ruhaniyah yang mempengaruhi moral seseorang. Nafsu memiliki tiga macam yaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah dan nafsu muthmainnah. Sedangkan hawa artinya apa yang disukai nafsu (jiwa).

Hakikat syahwat adalah keinginan yang cenderung kepada sesuatu. Memenuhi hawa nafsu sebenarnya tidak dicela selama ia ditempatkan di jalan yang benar seperti bersenggama dengan istri.

Namun, hawa nafsu manusia cenderung menyebabkan seorang menjadi dengki, marah, benci, suka dan sifat tercela lainnya. Adapun nafsu syahwat sering membawa manusia hingga melampaui batas dan melanggar syariat Allah.

Bagaimana cara mengendalikan nafsu syahwat ini? Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (1058-1111) dalam kitab populernya Ihya ‘Ulumuddin memberikan tips untuk melemahkan nafsu syahwat.

 Cara untuk Melemahkan Nafsu 

1. Memutuskan keterikatan.
Kita terikat kepada benda yang menguatkan nafsu syahwat. Maka, tidak boleh tidak, kita harus belajar memutuskan keterikatan itu. Misalnya, keterikatan kepada makanan diputus dengan berpuasa.

2. Memadamkan api.
Sesungguhnya nafsu syahwat itu dapat berkobar dengan pandangan kepada hal-hal yang dapat memancing nafsu syahwat. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan itu adalah salah satu panah beracun dari panah-panah iblis.” Menjaga pandangan dari hal-hal tercela, menjaga telinga dari ucapan-ucapan kotor, menjaga langkah kaki dari tempat-tempat yang tidak pantas, menjaga pikiran dari bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat, merupakan langkah-langkah memadamkan api nafsu syahwat.

3. Mencari jalan yang halal.
Setiap manusia tentu memiliki kebutuhan jasmaniah yang harus dipenuhi, baik makanan, pakaian, maupun pasangan. Maka semua itu dapat dipenuhi dengan menjaga diri dengan syari’at yang kuat, yakni mencari jalan yang halal atas setiap kebutuhan hidup.

​Inilah tiga jalan yang mampu melemahkan tentara nafsu syahwat. Langkah pertama seperti halnya memutuskan makanan bagi anjing yang ganas supaya ia lemah, lalu hilanglah kekuatannya. Langkah kedua mencegah anjing yang ganas itu agar tidak mencium bau amis daging dan darah, sehingga perut sang hewan tidak tergerak lantaran melihat dan mencium makanan kesukaannya. Langkah ketiga menghias diri dengan sesuatu yang sedikit, mencukupkan diri dengan yang halal, dari kebutuhan tabiat manusia.

Adapun jalan untuk menguatkan agama:

1. Menuntut ilmu.
Ilmu adalah cahaya. Cahaya yang memadamkan kegelapan dan menerangi hati. Mengetahui kelebihan dan keutamaan sabar bagi kehidupan di dunia dan akhirat, merupakan salah satu ilmu yang bermanfaat dan menguatkan agama. Dengan pengetahuan tentang sabar, seseorang menjadi paham makna musibah.

2. Belajar mujahadah.
Hendaknya kita membiasakan diri berperang melawan pembangkit hawa nafsu secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, hingga ia memperoleh lezatnya kemenangan sebuah pertempuran. Dengan demikian muncul keberanian dan kuatnya tekad ketika berjuang melawan hawa nafsu tersebut.