Kebahagiaan menjadi tujuan hidup hampir semua orang. Setiap orang mendefinisikan bahagia secara berbeda.
kebahagiaan dapat diartikan sebagai perasaan puas dIbarengi dengan rasa senang, penuh syukur. Sedangkan secara biologis, hal tersebut terkait dengan pelepasan dopamin, Serotonin, Oksitosin, Endorfin, neurotransmitter yang terlibat dalam perasaan senang.
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.
Menurut psikolog mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan konsep subjektif hasil penilaian terhadap diri dan hidup yang memuat emosi positif yang dipengaruhi oleh faktor uang, status pernikahan, kehidupan sosial, usia, kesehatan, emosi negatif, pendidikan, iklim, ras.
“Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.” – Abu Hamid Al Ghazali
“Semakin banyak keinginan duniawi semakin mencuri pikiran, waktu tenaga dan kebahagiaan kita padahal kebahagiaan dan kecukupan adalah milik orang yang bersyukur.” – Aa Gym
“Kebahagiaan itu bukan tergantung pada kejadian, namun tergantung pada pemikiran kita.” – Buddha
“Nafsu hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat, tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan kebahagiaan selamanya.” – Bacharuddin Jusuf Habibie
“Bukan kebahagiaan yang menjadikan Anda bersyukur. Rasa syukurlah yang menjadikan Anda berbahagia.” – Aagym
“Makanan enak, baju indah dan segala kemewahan. Itulah yang kau sebut kebahagiaan, namun aku percaya suatu keadaan dimana orang tidak mengharapkan apa pun adalah kebahagiaan tertinggi.” – Socrates
“Kebahagiaan dirasakan oleh orang-orang yang bisa merasa puas pada dirinya.” – Aristoteles
“Kebahagiaan datang ketika pekerjaan dan kata-kata Anda menjadi manfaat bagi dirimu dan orang lain.” – Buddha
Menurut ajaran islam kebahagiaan (sa’adah) yang hakiki akan ditemukan seorang hamba di akhirat. Namun demikian orang yang akan mendapatkan kebahagiaan diakherat hampir dipastikan juga bahagia di dunia.
Imam Al Ghazali membagi jenis kebahagiaan kepada beberapa bentuk.
Pertama, kebahagiaan ukhrawi. Inilah kebahagiaan yang sifatnya kekal, tak berbatas, dan tidak bisa diprediksi manusia.
Kedua, kebahagiaan jiwa. Misalnya tetap berada pada kebenaran sesuai petunjuk agama, dan ada perasaan untuk selalu menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, maka itu merupakan sebuah kebahagiaan jiwa.
Ketiga, kebahagiaan jasmani. Misalnya hidup keadaan sehat, tidak sakit, memiliki tampang yang rupawan atau cantik, maka hal tersebut merupakan kebahagiaan jasmani.
Keempat ada juga kebahagiaan yang sifatnya eksternal dari diri. Misalnya bahagia memiliki keluarga, bahagia memiliki harta.
Kelima, kebahagiaan taufik. Yakni ketika Allah menurunkan hidayahnya pada seorang hamba sehingga bisa mendekatkan diri pada Allah SWT.
Imam Ghazali juga berpendapat bahwa kebahagiaan itu bertumpu pada tiga hal. Pertama, ada kekuatan amarah. Seorang yang hamba dapat mengelola amarahnya maka dia akan dapat menemukan kebahagiaan.
“Ketika kekuatan amarah ini mampu kita manfaatkan dengan baik. Kita tidak berlebihan dan tidak juga kurang menggunakannya, maka kita akan diantar kepada kebahagiaan,”
Kedua, kekuatan nafsu.
Ketika seorang hamba tidak mampu mengendalikan nafsu maka dia akan terjerumus dalam dosa. Sesang orang yang dapat mengendalikan nafsu akan menemukan kebahagiaan.
Ketiga, memanfaatkan potensi ilmu dan amal. Ilmu yang diberikan Allah SWT menjadi sarana agar dapat mengendalikan kekuatan amarah dan nafsu.
“Kebahagiaan adalah minyak wangi yang kita semprotkan ke orang lain tanpa kita kehilangan setetespun.”