Menghidupkan Kembali Fungsi Masjid/Musholla

The Al Maghfirah Mosque in UAE with its domes and towers under the clear sky
banner 120x600

Fungsi utama masjid/Musholla memang untuk menjadi tempat pelaksanaan ibadah mahdhah, tetapi terbuka peluang juga untuk melakukan berbagai aktifitas ibadah secara umum.

Ibadah secara umum adalah apa saja yang dilakukan berniat karena Allah SWT maka itu sudah bernilai iba­dah, walaupun wujud kegiatannya ada­lah pendidikan, bisnis, keterampilan, dan aktifitas sosial ekonomi lainnya. Jangan sampai Masjid yang menjadi tempat berkumpul hanya seperti Bus umum.

Perbedaan Masjid Dan Bus Umum

Masjid dan Bus Umum sama-sama menjadi tempat yang bisa menampung se­jumlah orang dengan berbagai macam latar belakang.

Masjid menjadi starting point untuk mengantarkan sese­orang secara spiritual mencapai puncak ketinggian (mi’raj).

Sedangkan Bus Umum menjadi sarana untuk mengantarkan seseorang secara fisik ke sebuah tempat tujuan.

Bedanya ialah, masjid selain tempat untuk menjalin komunikasi vertikal beribadah kepada Allah,  juga menjadi tempat berkumpul­nya jamaah untuk menjalin komunikasi secara antara sesama jamaah masjid untuk kepentingan sosial.

Bus Umum setiap orang mencari tem­pat duduk kemudian masing-masing diam menunggu tempat pemberhentiannya masing-masing, tanpa ada komunikasi satu sama lain antara sesama penumpang.

Sedangkan masjid dianjurkan berso­sialisasi satu sama lain, bahkan dengan makhluk spiritual, yang ditandai dengan adanya shalat dua rakaat sebagai penghor­matan terhadap masjid (tahiyyat masjid), sebagai Rumah Tuhan (Baitullah).

Di akhir shalat, kita ditandai dengan adanya salam ke kanan dan ke kiri, sebagai sim­bol komunikasi antara sesama makhluk. Imam juga disunnahkan untuk menhadap ke jamaah seusai salam, hal ini dapat diartikan untuk mengecek jamaah.

Nabi Muhammad SAW juga men­contohkan, seusai shalat ada komunikasi antara sesama jamaah masjid. Ada diskusi dan dialog membicarakan masalah sosial keumatan. Maka dari itu ketika kita ke masjid/musholla sudah seyogyanya saling bertegur sapa dan menyapa.

Termasuk membicarakan jika ada jamaah yang absen karena sakit lalu mereka bersama-sama membesuknya. Ada yang menderita kesulitan ekonomi lalu sama-sama dicarikan jalan keluar, dan berbagi informasi antara satu sama lain.

Jangan sampai masjid kita jadikan mirip dengan bus umum, duduk mera­pat satu sama lain tetapi sama sekali tidak kenal satu sama lain.

Masjid jan­gan disamakan dengan terminal bus atau stasiun kereta, ramai tetapi tidak ada komunikasi dan interaksi positif-produktif satu sama lain.

Dahulu menara masjid dibuat bukan untuk gagah gahan, namun digunakan untuk melihat dapur jamaah yang tidak ngebul.

Kita perlu belajar banyak kepada masjid Nabi yang begitu banyak fungsi masjid. Kita perlu mengambil i’tibar bahwa ternyata masjid Nabi benar-benar menjadi semacam sekretariat pembinaan umat

Leave a Reply

Your email address will not be published.