Berpikir positif dalam Islam tentunya dengan cara mengenal Allah terlebih dahulu dengan menyingkirkan pikiran jorok misalnya.
Dalam menjalani hidup, bagaimana kita berpikir akan memengaruhi cara kita bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, kita selalu diajarkan untuk menjaga pikiran positif dalam hidup.
Jika saat ini kita masih memikirkan tentang kesalahan, sibuk dengan hubungan yang terdapat salah. Hingga lupa bahwa manusia bukanlah malaikat. Kesalahan yang dibuat justru menunjukkan bahwa dia hanya sebagai manusia, bukan sebagai pencipta. Fatalnya, kita mengutuk kesalahan yang dilakukan seseorang. Seseorang yang fokus terhadap kesalahan, akan menemukan circle yang sama. Hidup dalam lingkaran yang fokus terhadap peliharaan kesalahan tanpa memberikan kesempatan orang lain untuk berbenah.
Tidak ada yang bisa melepaskan seseorang dari masa lalu. Setiap orang hidup dengan masalalu masing-masing. Ada sebagian orang yang hidup di masa depan, dikarenakan pernah menjalani kehidupan yang lampau. Sementara kita selalu sibuk megurusi kehidupan orang lain tanpa memberi kesempatan orang lain untuk memperbaiki semuanya, termasuk kesalahan di masa lalu seseorang.
Berpikir positif memainkan peran penting dalam psikologi positif, subbidang yang dikhususkan untuk mempelajari apa yang membuat orang bahagia dan merasa puas.
Cara hidup dengan growth midset harus kita tanamkan untuk melihat segala bentuk kejadian sebagai anugerah terindah dari Tuhan. Dalam dunia bisnis, growth mindset kita pelajari pada the walt disney company bukan tanpa perjuangan yang besar, pasang surut perkembangan perusahaan tersebut tidak lepas dari perang sang pemilik perusahaan untuk terus memajukan perusahaannya.
Berpikir positif bukan berarti Anda mengabaikan situasi hidup yang tidak menyenangkan. Berpikir positif berarti Anda memandang ketidaknyamanan dengan cara yang lebih positif dan produktif. Anda akan berpikir kemungkinan terbaik yang akan terjadi, dan bukan yang terburuk.
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim karangan Syekh Az-Zarnuji disebutkan bahwa syarat untuk memperoleh ilmu ada 6, diantaranya: cerdas, semangat, sabar, bekal, petunjuk guru dan waktu yang panjang.
Dalam kehidupan pribadi, growth mindset akan menjadikan seseorang untuk tidak mudah berfikir negatif terhadap sesuatu. Sebab sudut pandang yang digunakan sudah berbeda. ketika kita dihadapkan oleh sebuah masalah, orang yang memiliki growth mindset justru menganggap sebuah masalah merupakan anugerah.
Barangkali ini menjadi perantara agar kita selalu dekat dengan Allah. Sebaliknya, disisi lain ada orang yang memiliki fixed mindset menganggap segala sesuatu secara tertutup, tidak pernah membuka sudut pandang yang baru, menganggap bahwa bakat dan minat merupakan anugerah Allah yang tidak bisa dirubah. Pola pikir seperti ini memberikan dampak negatif terhadap diri sendiri beserta orang sekitar.
Dalam Islam istilah untuk berpikir positif biasa disebut husnuzon, yang memiliki arti berpikir positif juga menyampaikan arti optimisme, memegang pendapat yang baik dan berpikir baik tentang orang lain.
Ketika berbicara tentang berpikir positif, dalam Islam harus dimulai dengan berpikir baik tentang Tuhan itu sendiri. Terdapat hadis dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana dia mengatakan bahwa Allah berfirman,
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berpikir positif dalam Islam juga memiliki dampak positif. Dalam artikel berikut kami akan sampaikan apa saja manfaat berpikir positif dalam Islam yang bisa dirasakan.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang mengunjing sebagian yang lain. Apakah ada sebagian kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat Lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat: 12)
Dalam ayat tersebut, Allah melarang kaum muslimin untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Dan mengajurkan untuk selalu berprasangka baik atau berpikir positif.
Dilansir dari deccanherald.com, orang yang selalu memikirkan hal-hal buruk dan membayangkan bahwa ada hal-hal buruk akan terjadi padanya, akan berpikir tidak adil dan tidak baik tentang Tuhan. Sedangkan manfaat berpikir positif dalam Islam, menunjukkan orang yang memiliki pikiran yang baik, berpikir positif tentang Tuhan, dan akan dianugerahkan dengan kebaikan.
Begitu kita memiliki pikiran positif pada Tuhan, maka kita juga akan memiliki pandangan dan pikiran yang baik pada orang lain dan tidak memandang rendah mereka karena beberapa kesalahan yang mungkin terlihat pada mereka.
Kita harus menyadari bahwa tidak seorangpun dari kita yang sepenuhnya baik atau sepenuhnya buruk. Jadi kita tidak bisa hanya berfokus pada sisi buruknya dan bersikap sinis terhadapnya. Namun kita bisa melihat kebaikan pada orang tersebut dan selalu mengharapkan hal-hal yang baik dan positif dari mereka.
Tidak ada ruginya berprasangka baik pada orang lain. Justru kita malah mendapatkan manfaat berpikir positif dalam Islam saat berprasangka baik pada orang lain.
Manfaat Berpikir Positif dalam Islam
Berkaitan dengan prasangka, terdapat ayat yang menjelaskan anjuran berhunuzon, seperti ayat berikut,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).
Berikutnya, terdapat ayat,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): ” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 286).